Mengawali tulisan ini, ada beberapa pertnyaan filosofis yg mengatakan bahwa apakah betul tuhan itu mampu menciptakan batu besar yang ia sendiri tidak mampu mengangkatnya atau menghancurkannya? atau apakah tuhan itu mampu menciptakan tuhan yang serupa dengannya? apakah bumi itu di ciptakan dari air seperti yang dikatakan thales? itu akan di jawab dalam pengkajian filsafat yang tentunya nalar logika kita akan di uji apakah hal itu masuk akal atau tidak.
Sebelum membahas lebih dalam mengenai filsafat ilmu, terlebih dahulu kita perlu mendefinisikan dua kita tersebut karena pada dasarnya keduanya memiliki keterkaitan cukup erat. Kata filsafat secara etimologi berasal dari kata "philosophia" yang berakar pada dua kata "philo" yang berarti cinta dan "shopia" yang berarti kebijaksanaan.
Sedangkan secara terminologi filsafat dapat di artikan sebagai suatu ilmu pengetahuan yang mengkaji secara mendasar sampai pada akar-akarnya.
Berbeda halnya jika kita berbicara persoalan ilmu yang dapat di artikan sebagai suatu pengetahuan atau pemahaman atas sesuatu yang sesuai fakta dan kenyataan. Kedua kata ini sangat berhubungan erat sebab ilmu memiliki batas pengkajian yang tidak mampu menjawab ekses-ekses di luar dari pada pengalaman manusia.
Sedangkan filsafat mampu menjawab apa yang tidak bisa dijawab ilmu bahkan filsafat mempersoalkan apa yang menjadi jawaban ilmu meskipun bersifat spekulatif.
Perlu di ketahui bahwa ada beberapa dasar pengkajian dalam filsafat.
Ada yang namanya ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Ontologi ini, mempertanyakan pengetahuan apa yang akan di kaji? sedangkan epistemologi itu mempertanyakan cara mendapatkan pengetahuan itu bagaimana? dan aksiologi itu lebih kepada pengetahuan ini di gunakan untuk apa?
Tentunya dari ketiga dasar pengkajian filsafat ini, kita mampu mmpersoalkan sesuatu yang menjanggal di kepala kita.
Kemudian untuk mengembangkan ilmu yang kerangka penjelasannya masuk akal dan sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya maka lahirlah suatu metode yang dinamakan metode eksperimen sebagai jembatan antara pemikiran yang hidup di alam rasional dengan pembuktian secara empiris.
Metode ini dilahirkan oleh sarjana-sarjana muslim pada saat islam mencapai kulminasinya antara abad ke IX dan XII masehi dimana pada saat itu semangat mencari kebenaran di mulai oleh para pemikir yunani yang hampir padam dengan jatuhnya kekaisaran romawi pada saat itu kemudian di hidupkan kembali oleh sarjana-sarjana muslim.
Maka tidak heran jika H.G. Wells mengatakan jika orang yunani adalah bapak metode ilmiah, maka orang muslim adalah bapak angkatnya. Sebagai imperens penulis, orang-orang yang berfilsafat adalah mereka yang cinta akan kebijaksanaan di mana kebijaksanaan itu terimplementasikan dari kesesuaian ucapan dan tindakan seseorang.
Pesan penulis, jika IMM Cabang Bulukumba akan bubar dikemudian hari, maka pastikanlah bahwa IMM tidak akan bubar di masamu.
Fastabiqul Khairat.
Oleh: Doni Kurniawan
Kader IMM Cabang Bulukumba
Lembaga Pelatihan Kerja (LPK) Yayasan Pendidikan Alifuddin (YPA) Handayani Bulukumba semakin eksis dari tahun ke tahun. Lembaga pendidikan ini telah banyak melahirkan alumni yang berkompeten di bidang Pendidikan Bahasa Inggris, Ilmu Komputer, dan Akuntansi. Hingga kini, lembaga tersebut telah meluluskan puluhan ribu alumni sejak tahun 1980-an, yang tersebar bekerja di berbagai instansi pemerintahan maupun swasta, baik di Kabupaten Bulukumba maupun di luar kabupaten.
Dapatkan informasi terupdate dari kami!
Berdikari C, Jln. Ahmad Yani, Bulukumba
62 853-4365-2494 / 62 853-4043-4280
official@pintuperadaban.com
© Pintu Perdaban.Com. All Rights Reserved. Design by HTML Codex