Di zaman antik akhir, pengaruh aristoteles sangat besar dibanyak bidang, namun yang paling dikenal ada pada bidang logikanya. Hal tersebut mendapat pengakuan dari Betrand russel mengenai otoritas logika aristoteles yang tidak tergoyahkan di sepanjang abad pertengahan, kebesaran nama dan karyanya tetap kokoh bukan hanya dari zaman klasik, pertengahan, melainkan masih tetap menjadi magnum epos yang luar biasa bagi pengagum pemikirannya di era modern sampai sekarang ini.
Berangkat dari hemat tentang sistematika logika, bahwa Memperlihatkan kontradiksi bukanlah hal yang mudah. Perlu keterampilan pengetahuan tentang salah satu metode pada logika yaitu metode kontradiksi itu sendiri. Seperti halnya sokrates yang memperaktekkan dialektika logika yaitu dengan mempertentangkan proposisi afirmatif universal dengan proposisi negatif partikular atau negatif universal dengan afirmatif partikular tapi penggunaan logika pada masa sokrates masih dianggap sebagai logika alami yakni belum dibuatkan suatu sistematisasi atau belum di ilmiahkan.
Kontradiksi sendiri merupakan bentuk pertentangan proposisi yang dimana bentuk pertentangan tersebut di bahas dalam salah satu sub bab logika. Proposisi A dan O, atau E dan I disebut kontradiksi . Adapun ciri-ciri dari hukum kontradiksi adalah:
1. Jika salah satunya benar maka yang lainnya salah
2. Tidak mungkin keduanya benar dan salah secara bersamaan
Tapi terkadang seseorang melanggar hukum kontradiksi tersebut padahal diketahui. Setidaknya, tulisan ini yang lahir dari hasil diskusi bersama dengan teman-teman tujuannya adalah memperlihatkan pelanggaran terhadap hukum kontradiksi dan proposisi yang bertentangan.
Yang pertama adalah pelanggaran terhadap hukum kontradiksi, sebagai contoh, apabila ada Seseorang mengeluarkan statement bahwa "jika pernyataan itu benar maka pernyataan yang lain pasti salah", hal tersebut sejalan dengan hukum kontradiksi tapi hukum tersebut dilanggar dengan sebuah penyataan yang membenarkan kedua proposisi yang jelas bertentangan satu sama lain. Padahal hukum kontradiksi tidak memperbolehkan hal tersebut terjadi karna itu merupakan salah satu bentuk logical fallacy atau kekeliruan dalam berfikir tapi hal hukum tersebut dilanggar maka itu perlunya mempelajari hukum kontradiksi agar tidak salah menyimpulkan.
Yang kedua adalah melihat proposisi yang bertentangan, Salah satu contohnya dalam perdebatan mengenai kebenaran Al-Quran terdapat dua proposisi yang terlihat di mana proposisi tersebut saling bertentangan. Antara proposisi A dan O.
A: setiap kebenaran ada pada Al-Qur'an
O: ada kebenaran yang bukan berasal dari Al Qur'an
Antara proposisi A dan O tersebut adalah kontradiksi yang dimana jika A benar maka O salah, begitupun sebaliknya, tidak ada jalan untuk mengatakan bahwa proposisi tersebut benar keduanya karna jelas kontradiksinya. Untuk melihat mana proposisi yang benar maka perlu di pengujian terhadap proposisi tersebut. Pengujiannya menggunakan metode Radactio Ad absurdum dan silogisme Aristoteles. Untuk itu mari kita uraikan implikasi pernyataan tersebut.
A : setiap kebenaran ada pada Al-Qur'an=> implikasinya: jika setiap kebenaran ada dalam Al-Qur'an maka tidak perlu lagi belajar dan mencari kebenaran diluar Al Qur'an. Jika di asumsikan semisal implikasi tersebut benar maka konsekuensinya adalah tidak perlu lagi belajar dan mencari kebenaran diluar Al Qur'an. Tapi benarkah kebenaran itu hanya ada dalam Al-Qur'an? Ternyata ditemukan bahwa ada kebenaran yang bukan berasal dari Al Qur'an contohnya kebenaran logika, kebenaran matematik, kebenaran aksiomatik, kebenaran Postulat yang mana itu merupakan kebenaran yang bukan berasal dari Al Qur'an.
Dengan menggunakan metode Redactio Ad absurdum (RAA) yang dimana bunyi hukumnya adalah jika suatu pernyataan ternyata dibuktikan kontradiksi, maka penyataan tersebut jalannya adalah menunjukkan minimal satu atau lebih counter example atau beberapa contoh yang benar, maka peniapan dalam suatu proposisi digagalkan dan dibatalkan yang dengannya pula proposisi yang benar adalah proposisi O yaitu ada kebenaran yang bukan berasal dari Al Qur'an, alasannya karena proposisi A ternyata kontradiksi.
Pengujian terhadap metode silogisme formal Aristoteles:
Premis minor:??
Premis mayor: setiap kebenaran ada pada Al-Quran
Konklusi: tidak perlu mencari kebenaran diluar Al Qur'an
Apakah argumen tersebut valid? Tentu Belum bisa dinilai, disebabkan premis minornya belum di isi. Adapun jika ternyata di dapat di isi maka argumentasi tersebut tidaklah valid karna argumen dikatakan valid apabila penarikan kesimpulan itu sesuai dengan Premis yang mendahuluinya. Dengan begitu penyataan tidak perlu mencari kebenaran diluar Al Qur'an adalah penyataan yang tidaklah logis karna melanggar hukum logika yaitu penarikan kesimpulan bukan berdasarkan premis dasarnya. Maka dari pada itu proposisi yang benar adalah proposisi O yaitu ada kebenaran yang bukan berasal dari Al Qur'an.
Daddy
Devisi epistemologi S.A.D INSTITUTE
Lembaga Pelatihan Kerja (LPK) Yayasan Pendidikan Alifuddin (YPA) Handayani Bulukumba semakin eksis dari tahun ke tahun. Lembaga pendidikan ini telah banyak melahirkan alumni yang berkompeten di bidang Pendidikan Bahasa Inggris, Ilmu Komputer, dan Akuntansi. Hingga kini, lembaga tersebut telah meluluskan puluhan ribu alumni sejak tahun 1980-an, yang tersebar bekerja di berbagai instansi pemerintahan maupun swasta, baik di Kabupaten Bulukumba maupun di luar kabupaten.
Dapatkan informasi terupdate dari kami!
Berdikari C, Jln. Ahmad Yani, Bulukumba
62 853-4365-2494 / 62 853-4043-4280
official@pintuperadaban.com
© Pintu Perdaban.Com. All Rights Reserved. Design by HTML Codex